Pada kuliah filsafat kali ini seperti biasa
diawali dengan berdoa. Dengan berdoa kita mengharap petunjuk dari Allah agar
dibukakan pikiran untuk memahami apa yang akan kita pelajari. Diharapkan
memasuki pertemuan kelima ini kami mahasiswa menjadi lebih memahami apa dan
bagaimana itu filsafat, siapa tokoh-tokohnya dan apa saja aliran-aliran dalam
filsafat. Filsafat tidak Membatasi pikiran manusia bahkan memungkinkan untuk
mengembangkan ide-ide dan ilmu pengetahuan. Bila pikiran manusia terbatasi maka
itulah batasan ilmu yang dimilikinya.
Seorang
guru yang baik harus mengembangkan ide-ide dan metode pembelajaran yang baik
untuk membuat siswa termotivasi dan semangat untuk belajar. Dengan Siswa yang
semangat belajar dan termotivasi berarti ia telah berpikir dan menggunakan
potensi yang dimilikinya. Siswa yang berpikir dan aktif di kelas menunjukkan
bahwa dirinya ada dan menunjukkan eksistensinya. Sebaliknya jika guru tidak
mampu membuat siswanya berpikir berarti guru tersebut tidak sopan santun
terhadap siswa dan membuat siswa menjadi ‘tidak ada’.
Dalam pembelajaran matematika
di sekolah dikenal dua filsafat, yaitu filsafat pendidikan matematika dan
filsafat pendidikan matematika. Filsafat pendidikan matematika berarti
mempelajari apa dan yang mungkin ada di dalam pendidikan matematika. Termasuk
di dalamnya tentang bagaimana matematika sekolah dan bagaimana cara mengajarkan
kepada anak didik kita. Inilah yang bagi saya khususnya dan bagi guru-guru di
Indonesih untuk lebih mendalami dan mempelajari demi kepentingan dan kebaikan anak didik kita di
skolah. Sementara filsafat matematika mempelajari yang ada dan apa yang mungkin
ada dalam matematika. Hal ini dipelajari untuk matematika advance tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk
mempelajrinya.
Seorang filosof Yunani kuno
yang sudah sangat kita kenal, Pythagoras berpendapat bahwa matematika adalah
agama. Ia juga berpendapat bilangan mengatur alam. Hal yang demikian ia katakan
karena tidak ada tuhan dalam dirinya. Dan bahkan pada zamannya mungkin ia belum
mengenal tuhan. Berlawanan dengan pemikiran Pythagoras, Rene Descartes
(1596-1650) yang menganut aliran “Skeptisism” dengan pemikirannya yang terkenal
“Cogito Ergosum” (aku berpikir maka
aku ada) berpendapat bahwa Tuhan itu ada walupun dengan pencarian yang panjang.
Dalam perjalanan filosofisnya ia berusaha membangun sebuah dasar pijkan
bagi pemikiran filsafatnya. Dia membuat keputusan untuk membuat dirinya
meragukan segala sesuatu yang dapat diragukannya, termasuk kebenaran dari agama
itu sendiri, ini bertujuan agar kita mendapatkan kebenaran yang sehakiki
mungkin, yakni kebenaran yang tak dapat diragukan lagi.
Dimulai dengan skeptisisme terhadap apa yang diterima oleh indera
manusia. Konon katanya dalam buku yang saya baca, ia pernah berungkap “dapatkah
saya meragukan, bahwa saya sedang duduk disini dekat api dengan baju panjang?,
ya, karena kadang-kadang saya bermimpi bahwa saya berada di sini, padahal
senyatanya saya sedang dalam keadaan telanjang di tempat tidur. Akan tetapi
tetap saja ada sesuatu hal yang Descartes sendiri tidak bisa meragukannya,
yaitu “pikiran”. Ia berungkap “ketika saya ingin menganggap sesuatu itu salah,
pastilah ada diri saya yang berpikir, dan ungkapan kebenaran; Aku Berpikir
maka Aku Ada ( cagito ergo sum ), saya pikir saya dapat menerimanya tanpa
keberatan, sebagai prinsif kebenaran filsafat yang saya cari.
Dari pendapat Descartes di atas bisa kita katakan bahwa Tuhan itu
konsisten absolute sedang manusia adalah konsisten relative. Diharapkan dengan
mempelajari filsafat kita jadi mengenal siap diri kita dan siap tuhan kita,
bukan sebaliknya. Sebaik-baik orang belajar adalah yang bermanfaat bagi dirinya
dan bagi orang lain. Seorang guru yang mengetahui filsafat pendidikan
matematika akan mendasarkan kegiatannya semata – mata untuk ibadah karena Allah
SWT.
REFLEKSI KULIAH FILSAFAT
PERTEMUAN V, 10 SEPTEMBER
2012
DIDIK KURNIAWAN, S.Pd
12709259022
PPS UNY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar