Minggu, 23 September 2012

MEMAHAMI FILSAFAT MELALUI SEJARAH DAN TOKOH-TOKOHNYA


MEMAHAMI FILSAFAT MELALUI SEJARAH DAN TOKOH-TOKOHNYA

Salah satu ilmu yang memiliki cakupan cukup luas adalah Filsafat. Memahami filsafat tidak bisa dilakukan hanya dalam satu dua hari atau bahkan dalam perkuliahan 2 SKS dalam satu semester. Butuh proses yang panjang untuk dapat memahami dan menguasai filsafat.
Mempelajari Filsafat tidak dapat dilepasakan dari mempelajari sejarah filsafat itu sendiri. Sejarah filsafat dimulai dari Babilonia, Mesopotamia, Mesir, hingga Yunani. Namun yang banyak dikenal oleh orang banyak adalah Filosof yang berasal dari Yunani. Filsafat Yunani dikenal karena tulisan-tulisannya. Ciri-ciri utama sejarah yaitu meninggalkan tulisan yang diwariskan kepada generasi setelahnya. Dengan adanya tulisan-tulisan Karya filosof Yunani inilah sehingga filsafat Yunani dikenal hingga kini. Bahkan menjadi rujukan dan acuan masyarakat modern dalam mengembangkan filsafat. Mulai dari Filosof-filosof yang umum kita dengar seperti Socrates, Plato, aristoteles, Pythagoras, Euclides, Permenides hingga filosof-filosof Yunani lain yang mungkin jarang kita dengar semua memiliki pemikiran, faham dan alirannya masing-masing. Filsafat modern dimulai di Barat dengan kemunculan tokoh-tokohnya seperti Imanuel Kant, Auguste Compte, Hilbert, Goddel, David Hume, Rene Descartes. Masing-masing filosof barat tersebut mengusung alirannya sendiri-sendiri.
Aliran filsafat yang ada sejak zaman Yunani hingga kini tidak kalah banyaknya dengan filosof-filosof yang kita kenal. Mulai dari aliran Platonisme, Neo Platonisme, Idealisme, Skeptisisme, Empirisisme,  eksistensialisme, Rasionalisme, hingga Positivisme. Secara umum dalam filsafat terdapat dua aliran besar yaitu Rasionalisme dan Empirisisme. Rasionalisme dengan idenya yang mengatakan tidaklah mungkin pengetahuan tanpa Rasio. Sedangkan Empirisisme dengan idenya yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Hadir sebagai penengah diantara dua aliran besar tersebut yaitu Imanuel Kant dengan alirannya Kritisisme yang berusaha mensintesiskan dua aliran tersebut.  Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya telah memadukan dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substansial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, tapi “tidak-real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran. Tidaklah mungkin rasio tanpa pengalaman dan sebaliknya pengalaman membutuhkan rasio. Sehingga keduanya harusnya berjalan seimbang dan beriringan, dengan tidak menonjolkan salah satunya.
Selain pemikiran filsafat umum ada juga tokoh-tokoh filsafat yang juga menjadi tokoh dalam matematika diantaranya adalah Euclides, Hilbert, Godel, dll. Euclides mengemukakan bahwa geometri secara aksiomatis. Euclides terkenal dengan bukunya yang berjudul “ELEMEN”. Sehingga Euclides dikenal sebagai bapak geometri. Geometri Euclides menerangkan dari hal khusus ke bentuk umum. Geometri Euclides hanya berlaku pada biddang datar, sehingga memunculkan Geometri Modern, yang disebut geometri Non Euclides. Geometri modern banyak mengambil bentuk pada bidang-bidang yang tidak datar misalnya segitiga pada bola dan pada parabola. Segitiga pada bidang-bidang yang tidak datar tadi tentu memiliki sifat yang berbeda dari segitiga pada bidang datar.
Tokoh matematika lainnya yaitu Hilbert. Hilbert membangun matematika menggunakan dasar-dasar seperti definisi dan aksioma sehingga matematika menjadi sistem yang tunggal, lengkap, konsisten, bersifat formal, aksiomatis, dan plural matematika. Sedangkan Godel yang merupakan kontradiksi dari Hilbert mengatakan bahwa segala sesuatu itu adalah pikiranmu sendiri.

Pertanyaan:
1.       Mengapa filsafat dikelompokkan hanya menjadi dua aliran besar saja?
2.       Mengapa dalam belajar matematika, tidak dianjurkan untuk hapalan tetapi belajar dengan mengkonstruk pengetahuan? Namun bukankah ujung dari dari konstruk tadi adalah ingatan (hapalan) dan pemahaman?
3.       Dimana letak beda hasil belajar yang diperoleh dari Hapalan yang kemudian dikonstruk dibanding dengan mengkonstruk pengetahuan kemudian menghapalnya (mengingatnya)?

1 komentar:

  1. Terima kasih pak, kunjungi juga blog sy: ilmu-matematika.blogspot.com

    BalasHapus