MEMAHAMI FILSAFAT MELALUI SEJARAH
DAN TOKOH-TOKOHNYA
Salah
satu ilmu yang memiliki cakupan cukup luas adalah Filsafat. Memahami filsafat
tidak bisa dilakukan hanya dalam satu dua hari atau bahkan dalam perkuliahan 2
SKS dalam satu semester. Butuh proses yang panjang untuk dapat memahami dan
menguasai filsafat.
Mempelajari
Filsafat tidak dapat dilepasakan dari mempelajari sejarah filsafat itu sendiri.
Sejarah filsafat dimulai dari Babilonia, Mesopotamia, Mesir, hingga Yunani.
Namun yang banyak dikenal oleh orang banyak adalah Filosof yang berasal dari
Yunani. Filsafat Yunani dikenal karena tulisan-tulisannya. Ciri-ciri utama
sejarah yaitu meninggalkan tulisan yang diwariskan kepada generasi setelahnya.
Dengan adanya tulisan-tulisan Karya filosof Yunani inilah sehingga filsafat
Yunani dikenal hingga kini. Bahkan menjadi rujukan dan acuan masyarakat modern
dalam mengembangkan filsafat. Mulai dari Filosof-filosof yang umum kita dengar
seperti Socrates, Plato, aristoteles, Pythagoras, Euclides, Permenides hingga
filosof-filosof Yunani lain yang mungkin jarang kita dengar semua memiliki
pemikiran, faham dan alirannya masing-masing. Filsafat modern dimulai di Barat
dengan kemunculan tokoh-tokohnya seperti Imanuel Kant, Auguste Compte, Hilbert,
Goddel, David Hume, Rene Descartes. Masing-masing filosof barat tersebut
mengusung alirannya sendiri-sendiri.
Aliran
filsafat yang ada sejak zaman Yunani hingga kini tidak kalah banyaknya dengan
filosof-filosof yang kita kenal. Mulai dari aliran Platonisme, Neo Platonisme,
Idealisme, Skeptisisme, Empirisisme,
eksistensialisme, Rasionalisme, hingga Positivisme. Secara umum dalam
filsafat terdapat dua aliran besar yaitu Rasionalisme dan Empirisisme.
Rasionalisme dengan idenya yang mengatakan tidaklah mungkin pengetahuan tanpa
Rasio. Sedangkan Empirisisme dengan idenya yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal.
Hadir sebagai penengah diantara dua aliran besar tersebut yaitu Imanuel Kant
dengan alirannya Kritisisme yang berusaha mensintesiskan dua aliran
tersebut. Kritisisme Immanuel Kant
sebenarnya telah memadukan dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu
yang juga tentang kebenaran substansial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas
bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak
membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu tolak ukur,
karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, tapi “tidak-real”, yang
demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran. Tidaklah mungkin rasio tanpa
pengalaman dan sebaliknya pengalaman membutuhkan rasio. Sehingga keduanya
harusnya berjalan seimbang dan beriringan, dengan tidak menonjolkan salah
satunya.
Selain pemikiran filsafat umum ada juga tokoh-tokoh filsafat yang juga
menjadi tokoh dalam matematika diantaranya adalah Euclides, Hilbert, Godel,
dll. Euclides mengemukakan bahwa geometri secara aksiomatis. Euclides terkenal
dengan bukunya yang berjudul “ELEMEN”. Sehingga
Euclides dikenal sebagai bapak geometri. Geometri Euclides menerangkan dari hal
khusus ke bentuk umum. Geometri Euclides hanya berlaku pada biddang datar,
sehingga memunculkan Geometri Modern, yang disebut geometri Non Euclides.
Geometri modern banyak mengambil bentuk pada bidang-bidang yang tidak datar
misalnya segitiga pada bola dan pada parabola. Segitiga pada bidang-bidang yang
tidak datar tadi tentu memiliki sifat yang berbeda dari segitiga pada bidang
datar.
Tokoh matematika lainnya yaitu Hilbert. Hilbert membangun matematika
menggunakan dasar-dasar seperti definisi dan aksioma sehingga matematika
menjadi sistem yang tunggal, lengkap, konsisten, bersifat formal, aksiomatis,
dan plural matematika. Sedangkan Godel yang merupakan kontradiksi dari Hilbert
mengatakan bahwa segala sesuatu itu adalah pikiranmu sendiri.
Pertanyaan:
1.
Mengapa filsafat dikelompokkan
hanya menjadi dua aliran besar saja?
2.
Mengapa dalam belajar matematika,
tidak dianjurkan untuk hapalan tetapi belajar dengan mengkonstruk pengetahuan?
Namun bukankah ujung dari dari konstruk tadi adalah ingatan (hapalan) dan
pemahaman?
3.
Dimana letak beda hasil belajar
yang diperoleh dari Hapalan yang kemudian dikonstruk dibanding dengan
mengkonstruk pengetahuan kemudian menghapalnya (mengingatnya)?
Terima kasih pak, kunjungi juga blog sy: ilmu-matematika.blogspot.com
BalasHapus